Dulu,
Kita melihat dinding kristal yang menyekat demikian memikat
Tapi keindahannya mengalahkan keingintahuan apa yang ada di belakangnya
Kristal itu pun kita rubuhkan
Demi memenuhi panggilan jiwa
Dan setelah temukan apa jawab dari pertanyaan hati
Barulah kita sadari
Dinding kristal indah yang kita kagumi
Hanya menyisakan keping-keping tak berarti
Tadinya aku yakin dan berharap
Kepingan itu akan kita susun bersama menjadi relief kenang di dinding kalbu
Tapi ternyata
Mata kita tak pernah bekerja
Tangan kita tak pernah bicara
Keping kristal itu tetap jadi keping yang tak lagi indah bagi matamu
Dan menjadi air mata di penglihatanku
Semua mungkin sudah terlambat
Tapi tak ada cukup alasan untuk menyesali
Karena semua terjadi atas pilihan kita sendiri
Selasa, 07 Februari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar