Radit berlari ke rumahnya sambil
menenteng bola. Keringatnya bercucuran. Puas sekali dia bermain sepakbola di
lapangan kampung. Apalagi timnya menang telak 2-0.
Setelah menyimpan bola di gudang, Radit
masuk dapur. Ia mencuci tangan dan wajahnya di wastafel. Saat hendak membuka
kulkas, pandangannya beralih pada segelas es di atas meja makan.
“Wah, es campur!” seru Radit girang.
Tanpa pikir panjang, ia meneguk minuman
itu sampai tandas. Dinginnya es mengalir sejuk di tenggorokannya. Rasanya manis
dan segar sekali. Beberapa potongan buah, kolang-kaling, dan es batu tersisa di
dasar gelas.
“Radit, kamu minum es campurnya?” seru
Noval.
“Iya, Kak. Punya Kakak? Sudah habis nih.
Maaf,” sesal Radit.
“Iya, punya Kakak. Belum sempat Kakak buang.”
“Iya, punya Kakak. Belum sempat Kakak buang.”
“Kenapa dibuang? Enak kok es campurnya,”
Radit meletakkan gelasnya.
“ Soalnya tadi es campurnya kemasukan cicak,”
balas Noval.
“Hah? Kok nggak bilang?”
Mimik muka Radit berubah. Ia segera ke
kamar mandi. Yang terdengar berikutnya hanya suaranya menyikat gigi. Noval
terkikik geli.
*Cerita ini diikutkan kuis grup PBA dan terpilih mendapat hadiah buku, horeeee :)
0 comments:
Posting Komentar